KATA
PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat-Nya saya
diberi kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
mata kuliah Bahasa Arab.
Makalah
yang berjudul Isim Isyarah merupakan aplikasi dari saya. Selain untuk memenuhi
tugas mata kuliah tersebut juga untuk memberikan pengetahuan tentang Isim
Isyarah.
Kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat dan memberi gambaran ataupun menjadi
referensi kita dalam mengenal dan
mempelajari Isim Isyarah.
Dalam
makalah ini saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran
dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat saya nantikan.
Semoga
makaalah ini dapaat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada
umumnya.
Bumiayu,
12 Desember 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Belajar bukan hanya menghafal dan
bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan
tingkah laku ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya
penerimaanya. Jadi belajar adalah suatu proses yang aktif, proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada siswa. Belajar merupakan suatu
proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang
ada pada siswa.
Islam adalah dinullah yang diwahyukan kepada semua
rosul-rosulnya, sejak Nabi Adam Allaihisalam sampai Nabi Muhamad saw, islam
agama yang di wahyukan kepada Rosul Muhamad sebagai Khatamul Ambiyak Wal
Mursalin, adalah agama terakhir, yang menjadi agama paling sepurna di
antaranya. Di dalamnya sarat dengan aturan aturan, serta pedoan pedoman yang d
hidup akan dijadikan norma dalam hidup dan kehidupan manusia,dari persoalan
yang kecil maupun besar sekalipun, baik teknik-tekniknya maupun pelaksanaannya,
sehingga hidup akan damai, tertib, sejahtera, saling menyayanggi satu dengan
yang lainya.
B.
Rumusan Masalah
v
Untuk mengetahui tentang Isim
v
Untuk mengetahui tentang Isim Isyarah
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sebelum kita membahas tentang Isim
Isyarah, mari kita pelajari dahulu tentang Pengertian Isim, Ciri-ciri Isim
serta Pembagian Isim.
1.
Pengertian Isim
كَلِمَةٌ
دَلَّتْ عَلىَ مَعْنًى وَ لَمْ يَقْتَرِنْ بِزَمَنٍ .
Artinya : “Jenis
kata yang mengandung makna yang tidak terikat dengan waktu (tenses)”.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ISIM adalah semua jenis kata benda atau segala sesuatu yang dikategorikan benda; baik benda mati maupun benda hidup, tanpa berkaitan dengan masalah waktu. Di sisi lain, ISIM (kata benda) ada yang bersifat konkrit (dapat dijangkau indera) dan ada pula yang bersifat abstrak (tidak dijangkau diindera).
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ISIM adalah semua jenis kata benda atau segala sesuatu yang dikategorikan benda; baik benda mati maupun benda hidup, tanpa berkaitan dengan masalah waktu. Di sisi lain, ISIM (kata benda) ada yang bersifat konkrit (dapat dijangkau indera) dan ada pula yang bersifat abstrak (tidak dijangkau diindera).
2. Ciri-ciri Isim
Isim memiliki beberapa ciri, yaitu sebagai berikut:
1.
Berharokat kasroh atau kasrohtain : Jika suatu kata mempunyai akhiran kasroh,
maka bisa dikatakan ia adalah isim.
Contoh :
رَضِيْتُ
بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِْسْلاَمِ دِيْنًا
Kata yang di
garis bawah (للهِ dan لإِْسْلاَمِ) di atas termasuk isim, dikarenakan akhiran katanya
berupa harokat kasroh.
Tanwin :
Jika suatu kata berakhiran tanwin, maka ia adalah isim.
Contoh :
Contoh :
ضَرَبَ اللهُ
مَثَلاً كَلِمَةً طَيِِّبَةً
Kata
bergarisbawah (مَثَلاً كَلِمَةً طَيِِّبَةً) di atas
merupakan isim, terlihat dari adanya tanwin pada akhirannya.
2.
Terdapat لا pada awal kata
Contoh :
المَلِكُ
القُدُّوْسُ السَّلاَمُ
Kata yang
bergaris bawah (keseluruhan kata) di atas merupakan isim, karena bergandengan
dengan لا.
Perlu diketahui, jika suatu isim bergandengan dengan لا, maka isim tersebut tidak boleh di tanwin, begitu pula sebaliknya, sehingga isim tidak boleh kemasukan tanda لا dan tanwin pada satu kata, namun isim harus mempunyai salah satu dari kedua tanda di atas, baik itu لا saja atau tanwin saja.
Perlu diketahui, jika suatu isim bergandengan dengan لا, maka isim tersebut tidak boleh di tanwin, begitu pula sebaliknya, sehingga isim tidak boleh kemasukan tanda لا dan tanwin pada satu kata, namun isim harus mempunyai salah satu dari kedua tanda di atas, baik itu لا saja atau tanwin saja.
3.
Terletak setelah huruf jer
Diantara
huruf-huruf jer adalah :
(مِنْ – إِلَى – عَنْ – عَلَى – فِي –
رُبَّ – بِـ – كَا – لِـ.. )
مِنْ : Dari عَنْ : Dari بِـ : Dengan
إِلَى : Ke لِـ : Milik, Kepunyaan كَا : Seperti
عَلَى : Di atas رُبَّ : Betapa banyak, acapkali فِي : Di dalam
Contoh :
مِنْ : Dari عَنْ : Dari بِـ : Dengan
إِلَى : Ke لِـ : Milik, Kepunyaan كَا : Seperti
عَلَى : Di atas رُبَّ : Betapa banyak, acapkali فِي : Di dalam
Contoh :
فِي بَيْتٍ
مِنْ بُيُوْتِ اللهِ
Dari contoh
di atas, kata بَيْتٍ dan بُيُوْتِ , termasuk isim karena terletak setelah huruf
jer.
3.
Pembagian Isim
Isim terbagi oleh beberapa macam. Yaitu berdasarkan jenisnya, berdasarkan jumlah benda, berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak terdefinisi (umum) dan berdasarkan huruf akhir dan sakal (tanda) akhirnya.
Isim terbagi oleh beberapa macam. Yaitu berdasarkan jenisnya, berdasarkan jumlah benda, berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak terdefinisi (umum) dan berdasarkan huruf akhir dan sakal (tanda) akhirnya.
1) Isim Berdasarkan Jenisnya
Isim berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua bagian yaitu isim mudzakkar (laki-laki) dan isim muannats (perempuan), masing-masing bagian tersebut ada yang faktanya berjenis kelamin laki-laki (hakiki) dan perempuan (hakiki) dan ada yang hanya lafadznya saja, sedangkan faktanya sama sekali tidak diketahui jenis kelaminnya (benda). Mudzakkar hakiki dan muannats hakiki sangat mudah dibedakan dan tidak memerlukan ciri-ciri khusus, sedangkan yang lafdzi untuk membedakannya diperlukan ciri-ciri serta cakupannya.
Isim berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua bagian yaitu isim mudzakkar (laki-laki) dan isim muannats (perempuan), masing-masing bagian tersebut ada yang faktanya berjenis kelamin laki-laki (hakiki) dan perempuan (hakiki) dan ada yang hanya lafadznya saja, sedangkan faktanya sama sekali tidak diketahui jenis kelaminnya (benda). Mudzakkar hakiki dan muannats hakiki sangat mudah dibedakan dan tidak memerlukan ciri-ciri khusus, sedangkan yang lafdzi untuk membedakannya diperlukan ciri-ciri serta cakupannya.
A.
diakhiri dengan ta’ marbuthoh (ة) Ciri Muannats Lafdzi:
Contoh : النَّافِذَةُ
، المَدْرَسَةُ
Cakupan Muannats Lafdzi meliputi :
Cakupan Muannats Lafdzi meliputi :
·
Alat tubuh yang berpasangan
Contoh: عَيْنٌ ،
يَدٌّ ، أُذُنٌ ، رِجْلٌ
·
Benda yang tidak dapat dihitung
Contoh: سَحَابٌ ، رِيْحٌ ، النَّارُ
Contoh: سَحَابٌ ، رِيْحٌ ، النَّارُ
·
Oleh orang Arab digolongkan muannats (sima’i)
Contoh: النَّفْسُ ، السَّمَاءُ ، سُوْقٌ ، طَرِيْقٌ ، دَارٌ ، قَمَرٌ ، سَمْشٌ ، اَرْضٌ
Contoh: النَّفْسُ ، السَّمَاءُ ، سُوْقٌ ، طَرِيْقٌ ، دَارٌ ، قَمَرٌ ، سَمْشٌ ، اَرْضٌ
·
Seluruh benda yang jumlahnya lebih dari dua satuan
(jamak).
Kaidahnya: كُلُّ جَمْعٍ مُؤَنَّثٌ (setiap jamak adalah muannats)
Kaidahnya: كُلُّ جَمْعٍ مُؤَنَّثٌ (setiap jamak adalah muannats)
Contoh: اَبْوَابٌ
(pintu-pintu) نَوَافِذُ (jendela-jendela)
B.
Apabila tidak terdapat ciri muannats dan tidak tercakup dalam isim muannats
seperti di atas, maka isim tersebut adalah Mudzakkar.
2) Isim Berdasarkan Jumlah Benda
Berdasarkan jumlah bendanya isim dibagi menjadi tiga, yaitu isim mufrod, isim mutsanna dan isim jamak. Isim mufrod adalah isim yang jumlah bendanya satu satuan (satu biji, satu helai, satu pohon dan sebagainya), biasanya ditandai dengan dhommah, fathah, kasroh. Isim mutsanna adalah isim yang jumlah bendanya dua satuan. Tanda khas yang mudah diketahui dari isim ini adalah akhirannya …َانِ atau …َيْنِ untuk mudzakkar dan تَانِ atau تَيْنِ untuk muannats. Isim jamak adalah isim yang jumlah bendanya lebih dari dua satuan. Isim jamak ini dibagi tiga bagian, yaitu jamak mudzakkar salim (جَمْعُ الْمُذَكَّرِ السَّلِمِ), jamak muannats salim (جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّلِمِ) dan jamak taksir (جَمْعُ التَّكْسِيْرِ).
Berdasarkan jumlah bendanya isim dibagi menjadi tiga, yaitu isim mufrod, isim mutsanna dan isim jamak. Isim mufrod adalah isim yang jumlah bendanya satu satuan (satu biji, satu helai, satu pohon dan sebagainya), biasanya ditandai dengan dhommah, fathah, kasroh. Isim mutsanna adalah isim yang jumlah bendanya dua satuan. Tanda khas yang mudah diketahui dari isim ini adalah akhirannya …َانِ atau …َيْنِ untuk mudzakkar dan تَانِ atau تَيْنِ untuk muannats. Isim jamak adalah isim yang jumlah bendanya lebih dari dua satuan. Isim jamak ini dibagi tiga bagian, yaitu jamak mudzakkar salim (جَمْعُ الْمُذَكَّرِ السَّلِمِ), jamak muannats salim (جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّلِمِ) dan jamak taksir (جَمْعُ التَّكْسِيْرِ).
1.
Isim jamak mudzakkar salim berasal dari isim mudzakkar mufrod dan rangkaian
hurufnya tidak ada yang diubah hanya ditambah (ـُوْنَ) atau (ـِيْنَ) di
akhirnya.
Contoh : مُسْلِمُوْنَ
atau مُسْلِمِيْنَ berasal
dari مُسْلِمٌ
2.
Isim jamak muannats salim berasal dari isim muannats mufrod dan rangkaian
hurufnya tidak ada yang dirubah hanya ta’ marbuthoh di akhir kata yang menjadi
ciri isim muannats dipisahkan dulu dengan menambah alif mati menjadi ـَاتٌ atau ـَاتٍ.
3.
Isim jamak taksir dapat berasal dari isim mudzakkar mufrod atau isim muannats
mufrodah, akan tetapi rangkaian hurufnya terjadi pemecahan baik ditambah atau
dikurangi. Isim ini tidak memiliki aturan dan tanda khas, sehingga harus
dihafal.
Contoh : اَبْوَابٌ berasal
dari بَابٌ ,
نَوَافِذُ berasal dari نَافِذَةٌ
3) Berdasarkan Terdefinisi (Khusus)
atau Tidak Terdefinisi (Umum)
Berdasarkan
umum dan khususnya isim dibagi menjadi dua, yaitu isim nakiroh (umum) dan isim
ma’rifat (khusus).
1.
Isim nakiroh ditandai dengan adanya tanwin ( ـًـ ، ــٍ
، ــٌ )
Contoh : هُدٌى ،
كِتَابٌ
2.
Isim ma’rifat mencakup tujuh jenis, yaitu :
·
Isim yang diawali dengan Al (لا)
·
Contoh : الهُدَى ، الكِتَابُ
·
Isim dhomir (kata ganti)
·
Isim isyarah (kata tunjuk)
·
Isim maushul (kata sambung)
·
Isim alam (nama)
·
Isim munada (yang dipanggil)
·
Isim idhofat (yang disandarkan)
Masing-masing jenis isim tersebut, akan dibahas berikut ini.
Masing-masing jenis isim tersebut, akan dibahas berikut ini.
1. Isim Dhomir
Kata ganti
ini digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk menggantikan isim
tertentu.
Berdasarkan penampakkannya dalam tulisan, isim dhomir dibagi dua, yaitu isim dhomir bariz (tampak dalam tulisan) dan isim dhomir mustatir (tidak tampak dalam tulisan). Pada bab ini hanya dibahas isim dhomir bariz, sedangkan isim dhomir mustatir dibahas setelah membahas kalimat sempurna.
Isim dhomir bariz dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu isim dhomir bariz muttashil (tersambung dengan kata lain) seperti : لَكُمْ = كُمْ + لَ dan isim dhomir bariz munfashil (berdiri sendiri) seperti : اَنْتَ ، هُوَ
Berdasarkan penampakkannya dalam tulisan, isim dhomir dibagi dua, yaitu isim dhomir bariz (tampak dalam tulisan) dan isim dhomir mustatir (tidak tampak dalam tulisan). Pada bab ini hanya dibahas isim dhomir bariz, sedangkan isim dhomir mustatir dibahas setelah membahas kalimat sempurna.
Isim dhomir bariz dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu isim dhomir bariz muttashil (tersambung dengan kata lain) seperti : لَكُمْ = كُمْ + لَ dan isim dhomir bariz munfashil (berdiri sendiri) seperti : اَنْتَ ، هُوَ
2. Isim isyarah ( اِسْمُ
الاِشَارَةِ )
Kata tunjuk digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena
fungsinya untuk menunjuk isim-isim tertentu.
Kata tunjuk ini berbeda sesuai dengan Ietak isim yang ditunjuk serta jenis dan jumlahnya. Perbedaan kata tunjuk ini antara isim dekat (qorib) dengan jauh (ba’id) yaitu ha tanbih ( هَـ ) di awal untuk qorib dan adanya dhomir mukhotob di akhir untuk isim ba’id ( كُمَا ، كَ atau كُمْ ). Selain isim isyaroh ada yang dikaitkan dengan letak, jenis dan jumlahnya, ada juga isim isyarah yang dikaitkan dengan letaknya saja.
Seperti : هُنَا ، هُنَاكَ ، هُنَالِكَ
Kata tunjuk ini berbeda sesuai dengan Ietak isim yang ditunjuk serta jenis dan jumlahnya. Perbedaan kata tunjuk ini antara isim dekat (qorib) dengan jauh (ba’id) yaitu ha tanbih ( هَـ ) di awal untuk qorib dan adanya dhomir mukhotob di akhir untuk isim ba’id ( كُمَا ، كَ atau كُمْ ). Selain isim isyaroh ada yang dikaitkan dengan letak, jenis dan jumlahnya, ada juga isim isyarah yang dikaitkan dengan letaknya saja.
Seperti : هُنَا ، هُنَاكَ ، هُنَالِكَ
3. Isim Maushul ( اِسْمُ
الْمَوْصُوْلِ )
Isim maushul
ini digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk mengkhususkan
suatu isim tertentu dengan kalimat yang ada sesudahnya.
Selain isim maushul yang digunakan untuk menghubungkan isim berdasarkan jenis dan jumlahnya, ada pula isim maushul yang sifatnya umum (tidak dilihat mudzakkar atau muannats-nya) yang digunakan untuk yang berakal atau yang tidak. Yaitu مَا (apa-apa, apa saja) digunakan untuk isim yang tidak berakal (اِسْمُ المَوْصُوْلِ لِغَيْرِ اِلْعَاقِلِ ) dan مَنْ (siapa saja/barang siapa) digunakan untuk isim yang berakal ( اِسْمُ المَوْصُوْلِ لِِلْعَاقِلِ ).
Selain isim maushul yang digunakan untuk menghubungkan isim berdasarkan jenis dan jumlahnya, ada pula isim maushul yang sifatnya umum (tidak dilihat mudzakkar atau muannats-nya) yang digunakan untuk yang berakal atau yang tidak. Yaitu مَا (apa-apa, apa saja) digunakan untuk isim yang tidak berakal (اِسْمُ المَوْصُوْلِ لِغَيْرِ اِلْعَاقِلِ ) dan مَنْ (siapa saja/barang siapa) digunakan untuk isim yang berakal ( اِسْمُ المَوْصُوْلِ لِِلْعَاقِلِ ).
4. Isim Alam ( اِسْمُ
الْعَلَمِ )
Isim alam
adalah isim yang digunakan untuk nama tertentu tanpa membutuhkan penjelasan.
Isim ini ma’rifat karena setiap nama menunjukkan isim tertentu. Pada bagian ini
akan dikhususkan pada kata yang digunakan untuk nama manusia. yang dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu :
·
Isim khos (nama asli)
Contoh : عَائِشَةُ ،
عُمَرُ
·
Kunyah ( كُنْيَةٌ ) : julukan
Adalah nama
yang diawali dengan kata : اِبْنٌ ، اُمٌّ ، اَبٌ dan بِنْتٌ
Contoh : اُمُّ الْمؤمنين ، اِبْنُ الْخَطَّابِ ، اَبُوْ حَفْصٍ dan lain-lain.
Contoh : اُمُّ الْمؤمنين ، اِبْنُ الْخَطَّابِ ، اَبُوْ حَفْصٍ dan lain-lain.
·
Laqob ( لَقَبٌ ) : gelar
Diberikan
khusus kepada orang-orang yang mempunyai kelebihan dalam suatu perkara.
Contoh : الصِّدِّيْقُ ، الرَّشِيْدُ ، الفَارُوْقُ dan lain-lain.
Contoh : الصِّدِّيْقُ ، الرَّشِيْدُ ، الفَارُوْقُ dan lain-lain.
5. Isim Munada ( اِسْمُ
الْمُنَادَى )
Adalah isim
yang berada setelah huruf nida. Isim ini menjadi ma’rifat karena setiap objek
yang diseru. pasti telah tertentu dan diketahui oleh si penyeru. Huruf nida
terdiri dari huruf nida untuk dekat, untuk jauh dan untuk dekat dan jauh.
Isim munada dibagi lima, yaitu : mufrod alam, nakiroh maqsudah, mudhofan, sibhul mudhof, nakiroh ghoiru maqsudah dan khusus lafdzul jalalah. Pada bagian ini hanya dibahas tiga jenis isim munada yang banyak dijumpai dalam Al-Qur’an atau bacaan sehari-hari, yaitu isim munada mufrod (satu kata), munada mudhofan dan isim munada khusus lafdzul jalalah.
Isim munada dibagi lima, yaitu : mufrod alam, nakiroh maqsudah, mudhofan, sibhul mudhof, nakiroh ghoiru maqsudah dan khusus lafdzul jalalah. Pada bagian ini hanya dibahas tiga jenis isim munada yang banyak dijumpai dalam Al-Qur’an atau bacaan sehari-hari, yaitu isim munada mufrod (satu kata), munada mudhofan dan isim munada khusus lafdzul jalalah.
·
Isim munada mufrod
Yaitu isim
munada yang terdiri dari satu kata bentuknya nakiroh, akan tetapi tidak boleh
pakai tanwin setelah diawali huruf nida. Tanda akhirnya tetap rofa (salah satu
tandanya dhommah).
Contoh : يَا مُسْلِمُ
Contoh : يَا مُسْلِمُ
·
Isim munada mudhofan
·
Isim munada yang berbentuk idhofah (disandarkan).
Tanda akhir untuk kata yang disandarkan adalah nashob (salah satunya fathah).
Contoh : يَا رَسُوْلَ
اللهِ
Kadang-kadang huruf nida dapat dibuang jika berbentuk do’a
seperti : يَا رَبَّنَا menjadi رَبَّنَا
Kadang-kadang huruf nida dapat dibuang jika berbentuk do’a
seperti : يَا رَبَّنَا menjadi رَبَّنَا
·
Isim munada khusus lafdzul jalalah (اَللهُ)
Sebenarnya
termasuk isim munada mufrod, akan tetapi isim munada ini ada pengkhususan yaitu
: bentuknya ma’rifat يَا اَللهُ dan huruf nida bisa diganti dengan
huruf mim yang bertasydid ditarik di akhirnya yaitu : اَللّهُمَّ
Catatan :
Apabila isim munada mufrod dalam bentuk ma’rifat baik dengan ” لا ” ataupun isim maushul, maka setelah يا tidak dapat langsung tersambung dengan isim tersebut, tetapi harus diselingi dengan lafadz اَيُّهَا (untuk isim mudzakkar) dan اَيَّتُهَا (untuk isim muannats).
Contoh : يَااَيَّتُهَا النَّفْسُ ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ
Catatan :
Apabila isim munada mufrod dalam bentuk ma’rifat baik dengan ” لا ” ataupun isim maushul, maka setelah يا tidak dapat langsung tersambung dengan isim tersebut, tetapi harus diselingi dengan lafadz اَيُّهَا (untuk isim mudzakkar) dan اَيَّتُهَا (untuk isim muannats).
Contoh : يَااَيَّتُهَا النَّفْسُ ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ
6. Isim Idhofat (kata yang disandarkan)
( اِسْمُ
اْلإِضَافَةِ )
Penyandaran
(idhofat) ini hanya terjadi antara dua isim (tidak fiil dan tidak juga huruf)
Isim yang pertama yang disandarkan disebut mudhof ( مُضَافٌ ) sedangkan
isim yang disandari disebut mudhof ilaihi (مُضَافٌ إِلَيْهِ ), yang merupakan
isim ma’rifat adalah isim yang menjadi mudhof, sedangkan yang menjadi mudhof
ilaihi dapat ma’rifat dapat pula nakiroh tergantung bentuknya. Yang perlu
dipahami bahwa mudhof ilaihi itu tidak boleh kata sifat, dan bentuknya tetap
majrur (salah satu tandanya kasroh).
Sedang ketentuan untuk mudhof adalah :
Sedang ketentuan untuk mudhof adalah :
·
Tidak boleh ada ” لا “
·
Tidak boleh tanwin
·
Apabila isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim, nun
yang berada di akhirnya dibuang.
Contoh :
رَسُوْلُ اللهِ
= اللهُ +
رَسُوْلٌ
وَالِدَيْهِ = ـهِ + وَالِدَيْنِ
بَنِيْ اِسْرَائِيْلَ = اِسْرَائِيْلَ + بَنِيْنَ
وَالِدَيْهِ = ـهِ + وَالِدَيْنِ
بَنِيْ اِسْرَائِيْلَ = اِسْرَائِيْلَ + بَنِيْنَ
4)
Berdasarkan Huruf Akhir dan Sakal (tanda) Akhirnya
Berdasarkan
huruf akhir dan sakal akhirnya isim dibagi 4 jenis, yaitu isim shohih akhir,
isim mu’tal akhir, asmaul khomsah dan isim ghoiru munshorif.
1.
Isim shohih akhir ini sudah dibahas pada bab-bab
sebelumnya, terdiri dari isim mufrod, mutsanna, jamak taksir, jamak mudzakkar
salim dan jamak muannats salim.
2.
Isim mu’tal akhir artinya isim yang huruf akhirnya
berupa huruf illat yaitu alif mati atau ya’ mati ( ىْ atau يْ ). Jika akhirnya alif mati disebut isim
maqshur ( الاِسْمُ
المَقْصُوْرُ ) seperti : مُوْسَى ، هُدَى , dan jika akhirnya ya’ mati
disebut isim manqus ( الاِسْمُ المَنْقُوْصُ
) seperti : الهَادِيْ
، القَاضِيْ
3.
Asmaul khomsah (isim yang lima) adalah isim yang
jumlahnya lima buah, yaitu : اَبٌ ، اَخٌ ، حَمٌ ، فُ ، ذُ .
Kelimanya
memiliki kesamaan bentuk yaitu diakhiri dengan wawu jika rofa’ seperti :
اَبُوْكَ ، اَخُوْكَ ، حَمُوْكَ ،
فُوْكَ ، ذُوْ مَالٍ
Diakhiri dengan alif jika nashob, seperti : اَبَاكَ ، اَخَاكَ ، حَمَاكَ ، فَاكَ ، ذَا مَالٍ
Diakhiri dengan ya’ jika majrur, seperti : اَبِيْكَ ، اَخِيْكَ ، حَمِيْكَ ، فِيْكَ ، ذِيْمَالٍ
Diakhiri dengan alif jika nashob, seperti : اَبَاكَ ، اَخَاكَ ، حَمَاكَ ، فَاكَ ، ذَا مَالٍ
Diakhiri dengan ya’ jika majrur, seperti : اَبِيْكَ ، اَخِيْكَ ، حَمِيْكَ ، فِيْكَ ، ذِيْمَالٍ
4.
Isim ghoiru munshorif (isim yang tidak menerima tanwin).
Ada beberapa
isim yang tidak ber ” لا ” dan bukan sebagai mudhof, akan tetapi tidak dapat
menerima tanwin. Isim semacam ini disebut isim ghoiru munshorif. Yang termasuk
isim ghoiru munshorif adalah :
·
Sebagian besar nama orang yang bukan bentukan dari
kata lain, seperti :
فَاطِمَةُ ، عُثْمَانُ ، عُمَرُ
dll.
·
Shighot muntahal jumuk ( صغة منتهى الجموع ), bentuk
jamak yang sama dengan مَفَاعِلُ dan مَفَاعِيْلُ, seperti : مَسَاجِدُ
·
Mengandung alif ta’nits mamdudah ( الف
التأنيث الممدودة ) seperti :
صَحْرَاءُ ، سَوْدَائُ ، حَمْرَاءُ
B. Setelah kita mempelajari tentang Pengertian Isim, Ciri-ciri Isim
serta Pembagian Isim tiba saatnya kita mempelajari tentang Isim Isyarah yang
tadi sudah dijelaskan sedikit di Pembagian Isim.
اِسْم
إِشَارَة
ISIM ISYARAH (Kata Tunjuk)
Kata tunjuk digolongkan ke dalam
isim ma’rifat karena fungsinya untuk menunjuk isim-isim tertentu.
Kata tunjuk ini berbeda sesuai dengan Ietak isim yang ditunjuk serta jenis dan jumlahnya. Perbedaan kata tunjuk ini antara isim dekat (qorib) dengan jauh (ba’id) yaitu ha tanbih ( هَـ ) di awal untuk qorib dan adanya dhomir mukhotob di akhir untuk isim ba’id ( كُمَا ، كَ atau كُمْ ). Selain isim isyaroh ada yang dikaitkan dengan letak, jenis dan jumlahnya, ada juga isim isyaroh yang dikaitkan dengan letaknya saja. Seperti : هُنَا ، هُنَاكَ ، هُنَالِكَ
Kata tunjuk ini berbeda sesuai dengan Ietak isim yang ditunjuk serta jenis dan jumlahnya. Perbedaan kata tunjuk ini antara isim dekat (qorib) dengan jauh (ba’id) yaitu ha tanbih ( هَـ ) di awal untuk qorib dan adanya dhomir mukhotob di akhir untuk isim ba’id ( كُمَا ، كَ atau كُمْ ). Selain isim isyaroh ada yang dikaitkan dengan letak, jenis dan jumlahnya, ada juga isim isyaroh yang dikaitkan dengan letaknya saja. Seperti : هُنَا ، هُنَاكَ ، هُنَالِكَ
Untuk lebih memahami penggunaan Mudzakkar dan Muannats, serta Mufrad,
Mutsanna dan Jamak dalam pengelompokan Isim, kita akan mempelajari tentang Isim
Isyarah atau Kata Tunjuk.
Pertama, Isim Isyarah. Pada dasarnya, ada dua macam Kata Tunjuk:
1)
Isim Isyarah
atau Kata Tunjuk untuk yang dekat: هَذَا (=ini).
Contoh dalam kalimat: هَذَا كِتَابٌ (= ini sebuah buku)
Contoh dalam kalimat: هَذَا كِتَابٌ (= ini sebuah buku)
2)
Isim Isyarah
atau Kata Tunjuk untuk yang jauh: ذَلِكَ (=itu).
Contoh dalam kalimat: ذَلِكَ كِتَابٌ (= itu sebuah buku)
Contoh dalam kalimat: ذَلِكَ كِتَابٌ (= itu sebuah buku)
Bila Isim Isyarah itu menunjuk kepada Isim Muannats maka:
1) هَذَا menjadi: هَذِهِ (=ini).
Contoh: هَذِهِ مَجَلَّةٌ (= ini sebuah majalah)
2) ذَلِكَ menjadi: تِلْكَ (=itu). Contoh: تِلْكَ مَجَلَّةٌ (= itu sebuah majalah)
Adapun bila Isim yang ditunjuk itu adalah Mutsanna (Dual), maka:
1) هَذَا menjadi هَذَانِ. Contoh: هَذَانِ كِتَابَان (= ini dua
buah buku)
2) هَذِهِ menjadi هَتَانِ. Contoh: هَتَانِ مَجَلَّتَانِ (= ini dua buah majalah)
3) ذَلِكَ menjadi ذَانِكَ. Contoh: ذَانِكَ كِتَابَانِ (= itu dua buah buku)
4) تِلْكَ menjadi تَانِكَ. Contoh: تَانِكَ مَجَلَّتَانِ (= itu dua buah majalah)
Sedangkan bila Isim yang
ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua), maka baik Mudzakkar maupun
Muannats, semuanya menggunakan: هَؤُلاَءِ (= ini) untuk
menunjuk yang dekat; dan أُلَئِكَ (= itu) untuk menunjuk yang jauh. Contoh:
هَؤُلاَءِ كُتُبٌ
|
أُلَئِكَ كُتُبٌ
|
(= ini adalah buku-buku)
|
(= itu adalah buku-buku)
|
هَؤُلاَءِ مَجَلاَّتٌ
|
أُلَئِكَ مَجَلاَتٌ
|
(= ini
adalah majalah-majalah)
|
(= itu adalah majalah-majalah
|
(Kata
Penunjuk)
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Isim isyaroh ( اِسْمُ الاِشَارَةِ ) digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya
untuk menunjuk isim-isim tertentu. Kata tunjuk ini berbeda sesuai dengan Ietak
isim yang ditunjuk serta jenis dan jumlahnya. Perbedaan kata tunjuk ini antara
isim dekat (qorib) dengan jauh (ba’id) yaitu ha tanbih ( هَـ ) di awal
untuk qorib dan adanya dhomir mukhotob di akhir untuk isim ba’id ( كُمَا ، كَ
atau كُمْ ). Selain isim
isyaroh ada yang dikaitkan dengan letak, jenis dan jumlahnya, ada juga isim
isyaroh yang dikaitkan dengan letaknya saja.
Seperti : هُنَا ، هُنَاكَ ، هُنَالِكَ
(Kata
Penunjuk)
B. HARAPAN
Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu
pembaca untuk memahami tentang Isim terutama Isim Isyaroh.
DAFTAR
PUSTAKA
3.
http://www.docstoc.com/docs/64063228/Pembagian-Isim-dalam-Bahasa-Arab
4.
Buku ILMU NAHWU halaman 107
Tidak ada komentar:
Posting Komentar