KATA
PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena limpahan rahmat-Nya kami diberi kesehatan, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan.
Makalah yang berjudul “Manajemen Terpadu Mutu Pendidikan”
merupakan aplikasi dari kami. Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah tersebut
juga untuk memberikan pengetahuan tentang “Manajemen
Terpadu Mutu Pendidikan”.
Dalam makalah ini kami menyadari
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan
dan kesempurnaan sangat kami nantikan.
Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan memberi wawasan ataupun menjadi referensi kita dalam mengetahui
dan mempelajari tentang “Manajemen Terpadu
Mutu Pendidikan”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
Bumiayu, 25 Desember 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manajemen mutu yang populer disebut dengan Total
Quality Management (TQM) adalah suatu cara meningkatkan kerja performansi
secara terus menerus dalam setiap tingkatan operasi atau proses dalam setiap
area fungsional dari suatu organisasi dengan menggunakan semua sumber daya
manusia dan modal yang tersedia sementara Ross dalam William Mantja sebagaimana
yang dikutib oleh Marno dan Triyo Supriyatno mendefinisikan TQM sebagai
integrasi dari semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk memperolehdan
mencapai perbaikan serta peningkatan kualitas barang sebagai produk dan layanan
yang berkesinambungan. Tujuannya adalah kepuasan konsumen atau pelanggan.
Jadi Manajemen Peningkatan mutu menurut William
adalah sekumpulan prinsip dan teknik yang menekankan bahwa peningkatan mutu
harus bertumpu pada lembaga pendidikan untuk secara terus menerus dan berkesinambungan meningkatkan kapasitas
dan kemampuan organisasinya guna
memenuhi tuntutan dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat .Dari definisi
diatas maka dapat ditarik benang merah bahwa dalam Manajemen pengembangan mutu
terkandung upaya:
1. Mengendalikan
proses yang berlangsung dilembaga pendidikan atau sekolah baik kurikuler maupun
administrasi.
2. Melibatkan
proses diagnosis
3. Peningkatan
mutu harus didasarkan atas data dan fakta baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif
4. Peningkatan
mutu harus terus menerus dan berkesinambungan
5. Peningkatan
mutu harus memberdayakan dan melibatkansemua unsur yang ada dilembaga
pendidikan
6. Peningkatan
mutu memiliki prinsip yang menyatakan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan
peserta didik, orang tua dan masyarakat.
Dalam beberapa tahun terakhir ini dalam dunia
pendidikan dikenal beberapa istilah untuk peningkatan mutu antara lain SBM
(Based School Management), LBM (local
Based Management) SBM (Side Based management) SOM (School Otonomi Management),
dan saat ini yang sedang digalakkan di Indonesiaadalah MBS (Manajemen Berbasis
Sekolah), MPBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) serta MBM (
Manajemen Berbasis Madrasah). Ketiga istilah tersebut sudah diperkenalkan di
Indonesia sejak tahun 1997/1998.
Permasalahan mutu didalam lemabaga pendidikan Islam
merupakan permasalahan yang paling serius dan paling kompleksrata-rata lembaga
pendidikan Islam belum berhasil merealisasikan mutupendidikannya. Padahal mutu
pendidikan itu menjadi cita-cita bersama seluruh pemikir dan praktisi
pendidikan Islam. Bahkan telah diupayakan melalui berbagai cara, metode,
pendekatan, strategi dan kebijakan. Ada apa sebenarnya dengan mutu pendidikan sehingga
banyak menghabiskan energi tetapi hasilnyabelum riil dan proporsional? Untuk
menjawabnya dibutuhkan analisis manajemen komponen mutu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan
diatas, maka rumusan masalah yang penulis kemukakan adalah:
1. Kepemimpinan
untuk Mutu Pendidikan
2. Pemberdayaan
Guru
3. Kelompok
Kerja untuk Meraih Mutu
4. Alat
dan Teknik Perbaikan Mutu
5. Strategi
Implementasi Manajemen Mutu Pendidikan
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
pembahasan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui apa peran pemimpin dalam perbaikanmutu
2. Untuk
mengetahui bagaimana memberdayakan guru untuk peningkatan mutu
3. Untuk
Mengetahui bagaimana membentuk kelompok
kerja guru
untuk peningkatan mutu
4. Untuk
mengetahui alat
dan teknik yang bisa
digunakan dalam perbaikan mutu.
5. Untuk
mengetahui Strategi Implementasi Manajemen Mutu Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan untuk
Mutu Pendidikan
Manajemen mutu terpadu merupakan sebuah konsep yang mengaplikasikan
berbagai prinsip mutu untuk menjamin suatu produk barang/jasa memiliki
spesifikasi mutu sebagaimana ditetapkan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Manajemen mutu dilakukan secara menyeluruh, yaitu mulai dari input, proses,
output, dan outcome. Dilakukan secara berkelanjutan menunjukkan bahwa upaya
mewujudkan mutu merupakan bagian kerja
keseharian, bukan sesuatu yang bersifat temporal (sewaktu-waktu).
Dalam konteks outcome (dampak) dikenal dengan
istilah layanan purna jual. Dalam dunia pendidikan, layanan purna jual ini
terkait dengan keterlibatan alumni dalam
pengelolaan dan pengembangan sekolah. Semua komponen sistem organisasi
diposisikan sebagai bagian untuk menjamin mutu dan disinergikan melalui
kepemimpinan mutu.
Para ahli manajemen telah banyak mengemukakan
pengertian TQM (Total Quality Management). Dikemukakan Edward Sallis bahwa “Total Quality Management is a philosophy
and a methodology which assist institutions to manage change and to set their
own agendas for dealing with the plethoraof new external pressures”. Pendapat diatas menekankan pengertian
bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang
membantu berbagai institusi, terutama industri dalam mengelola perubahan dan
menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan- tekanan faktor
eksternal.
Dalam konteks ini,
organisasi harus memiliki pimpinan yang efektif dalam menjalankan manajemen
untuk mengelola perubahan yang ada dan berkelanjutan. Tantangan bagi seorang
manajer pendidikan yaitu kepala sekolah/ madrasah, pimpinan pesantren, rektor,
atau direktur adalah bagaimana menjadi pendorong atau pelopor perubahan lembaga
pendidikan yang dipimpinnya menjelaskan: “Without
quality leadership and skillful management
and on going support for their leaders, those lower in the organization
become disillusioned in time, cease to continue the change effort.” Upaya memperbaiki kualitas dalam satu
organisasi sangat ditentukan oleh mutu kepemimpinan dan manajemen yang efektif.
Dukungan dari bawah hanya akan muncul secara berkelanjutan ketika pimpinannya
benar-benar berkwalitas atau unggul.
Kepemimpinan penting sekali dalam mengejar mutu yang
diinginkan pada setiap sekolah. Sekolah hanya akan maju bila dipimpin oleh
kepala sekolah yang visioner, memiliki ketrampilan manajerial, serta integritas
kepribadian dalam melakukan perbaikan mutu. Kepemimpinan kepala sekolah tentu
menjalankan manajemen sesuai dengan iklim organisasinya.
Untuk menciptakan sekolah yang fungsional dan
efektif dalam mencapai harapan pelanggan, maka perlu diciptakan hal-hal yang
baru dalam organisasi pendidikan, baik dalam hal pilihan metode pengajaran,
pembiayaan yang efektif, penggunaan alat teknologi pengajaran yang baru, materi
pengajaran yang bermutu tinggi, dan kemampuan menciptakan dan menawarkan
lulusan. Para pimpinan lembaga pendidikan yang ingin mengarahkan organisasinya
ke dalam era baru memerlukan pengertian akan dinamika perubahan dan mengelola
perubahan itu sendiri. Untuk mewujudkan perubahan organisasi dalam manajemen
mutu terpadu, pendidikan sangat tergantung pada evektifitas kepemimpinan yang
berorientasi pada pencapaian mutu lulusan dan pelayanan pelanggan yang terbaik.
1.
Hakekat
kepemimpinan
Menurut Allan Tucker mengemukakan kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi atau mendorong seseorang atau sekelompok
orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau sasaran
dalam situasi tertentu. Intinya kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi
orang lain agar mau melakukan pekerjaan dengan sukarela dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Dalam kepemimpinan itu terdapat unsur pemimpin (leader),
anggota (followers), dan situasi (situation), tertentu.
Kepemimpinan merupakan konsep hubungan (relation concept)
manusia dalam spektrum luas yang esensinya bertumpupada kemampuan mempengaruhi
seseorang atau orang lain sejalan dengan itu.dikemukakan juga oleh Kouzes dan
posner “
Leadership is a relationship, one between constituent and leader that is
based in mutual needs and interest”. Sebagai hubungan antara
anggota-anggota organisasi dan pemimpin maka kepemimpinan berlangsung atas
dasar adanya hubungansaling membutuhkan dan minat yang sama dalam rangka
mencapai tujuan. Kepemimpinan sebenarnya dapat berlangsung dimana saja, karena
kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu
dalam rangka mencapai maksud tertentu.
2.
Kepemimpinan
Pendidikan (Educational leadership)
Sebuah organisasi hanya akan bergerak jika
kepemimpinan yang ada di dalamnya berhasil dan efektif. Demikian pula
halnyasebuah gerakan mutu (quality movement) pada lembaga pendidikan atau
penciptaan kultur mutu dalam mengantisipasi tantangan perubahan eksternal di
sekolah diperlukan suatu kepemimpinan efektif untuk meraih mutu pendidikan.
Dalam konteks kepemimpinan pendidikan, yang dimaksud pemimpin adalah semua
orang yang bertanggung jawab dalam proses perbaikan yang berada pada semua
level kelembagaan pendidikan. Para pemimpin pendidikan harus memilki komitmen
terhadap perbaikan mutu dalam fungsi utamanya. Oleh karena itu, fungsi dari
kepemimpinan pendidikan haruslah tertuju pada mutu belajar serta semua staflain
yang mendukungnya. Keberadaan anggota atau staf adalah juga penting dalam
organisasi. Kouzes dan Ponser menjelaskan bahwa “ There is no leadership without
someone following”. Hal ini berarti bahwa kepemimpinan organisasi tidak
akan berjalan tanpa peran pengikutatau staf.
Bagaimanapun juga fungsi kepemimpinan pendidikan merupakan
satu dimensi yang paling esensial untuk melaksanakan manajemen mutu terpadu
dalam pendidikan. Setiap respon organisasi
terhadap perubahan yang terjadi melahirkan perubahan kultur mutu, sangat
ditentukan oleh kepemimpinan yang dijalankan para pemimpin lembaga pendidikan. Oleh karena itu pimpinan lembaga
pendidikan menjadi motor penggerak yang mempengaruhi anggota yaitu para guru
dan pegawai agar bekerja secara sukarela menampilkan kerja tinggi mencapai standar mutu yang diharapkan orang tua, masyarakat,
lapangan kerja, industri dan pemerintah. Struktur organissai di sekolah terdiri
dari:
a. Kepala
Sekolah
b. Tata
Usaha
c. PKS
Kurikulum
d. PKS
Sarana Prasarana
e. PKS
Kesiswaan
f. PKS
Humas
Boleh dikatakan bahwa kinerja seorang kepala Sekolah
sering diukur dari kinerja bawahannya yaitu guru dan karyawan, karena kinerja
para anggota organisasi sekolah lahir dari ketrampilan dan gaya kepemimpinan
kepala sekolah. Kepemimpinan demokratis partisipatif dapat mendorong
pemberdayaan dan keterlibatan guru dalam mengambil keputusan untuk memajukan sekolah. Untuk itu
sifat-sifat atau gaya kepemimpinan
merupakan syarat penting dalam menciptakan kepemimpinan pendidikan yang dapat
memperjuangkan mutu kependidikan. Gaya kepemimpinan adalah mengkomunikasikan
visi dan nilai-nilai organisasi terhadap anggota dan memberikannya diantara
staf dan pelanggan dalampengalaman pelayanan yang mereka berikan.
3.
Peran
Pemimpin Lembaga Pendidikan
Kepemimpinan pendidikan adalah proses
mempengaruhi semua personel yang
mendukung pelaksanaan aktivitas belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan disekolah. Peran kepemimpinan
lembaga pendidikan dilaksanakan oleh rektor untuk mengimplementasikan manajemen
mutu pendidikan pada sekolah-sekolah, banyak komponen yang harus diperhatikan. Komponen
tersebut mencakup kepemimpinan, pendidikan dan latihan, iklim organisasi, fokus
pelanggan, metode ilmiah dan alat-alatnya, data yang bermakna serta tim
penyelesaian masalah. Semua komponen ini hanya akan berfungsi dengan baik saat
kepemimpinan sebagai faktor pertama dari peluan dan implementasi TQM pada
setiap sekolah. Tanpa kepemimpinan, maka komponen lain tidak akan berarti,
bahkan tidakterwujud.
Menurut Sallis, ada beberapa peranan utama pemimpin
pendidikan dalam mengembangkan kultur (budaya) mutu, yaitu:
1. Memiliki
visi yang jelas mengenai mutu terpadu bagiorganisasinya,
2. Memiliki
komitmen yang jelas terhadap perbaikan mutu
3. Mengkomunikasikan
pesan mutu,
4. Menjamin
bahwa kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan pekerjaan organissai
5. Menjamin
tersediannya saluran yang cukup untuk menampung suara-suara pelanggan
6. Memimpin
pengembangan staf
7. Bersikap
hati-hati untuk tidak menyalahkan orang lain
8. Mengarahkan
inovasi dalam organisasi,
9. Menjamin
bahwa kejelasan struktur organisasi menegaskan tanggung jawab dan memberikan
pendelegasian yang cocok dan maksimal,
10. Memiliki
sikap teguh untuk mengeluarkan penyimpangan dari budaya organisasi
11. Membangun
kelompok kerja aktif, dan
12. Membangun
mekanisme yang sesuai untuk memantau dan mengevaluasi keberhasilan.
Beberapa isu yang dibuat oleh konferensi dewan mutu pada Mei 1990 adalah
sebagai berikut:
1. A
cultural change requirements through continous improvement (satu perubahan
budaya yang didasarkan pada filosofi manajemensesuai dengan tuntutan pelanggan
melalui perbaikan berkelanjutan).
2. Management
behavior that includes acting as role models, use of quality processes and
tools, encouraging communications, sponsoring feedback activities and a
supporting environment. (perilaku manajemen juga harus berperan sebagai model,
menggunakan alat dan prosesmutu, mendorong komunikasi, mensponsori umpan balik,
dan mendukung lingkungan)
B. Pemberdayaan Guru
Tujuan utama manajemen Mutu terpadu dalam pendidikan
adalah meningkatkan mutu pendidikan secara berkelanjutan, terus menerus, dan
terpadu. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang dimaksudkan tidak sekaligus, melainkan dituju berdasarkan
peningkatan mutu pada setiap komponen
pendidikan.
Komponen-komponen mutu adalah bagian-bagian yang
harus ada dalam upaya untuk mewujudkan mutu. Bagian-bagian ini merupakan
pendukung dan menjadi prasayarat dimilikinya mutu, beberapa komponen mutu yang
dimaksud adalah:
a. Kepemimpinan yang berorientasi pada mutu
Tim Administrasi Pendidikan Universitas
PendidikanIndonesia, Manajemen Pendidikan, Manajer puncak harus mengarahkan
upaya pencapaian tujuan secara terpadu dengan memberikan, menggunakan alat dan
bahan yang komunikatif, menggunakan data dan mengidentifikasi orang-orang
(SDM). Dalam implementasi TQM sebagai kunci proses manajemen, manajer puncak
berperan sebagai penasihat, guru dan pimpinan.
b. Pendidikan dan pelatihan
Perwujudan mutu didasarkan pada ketrampilan
setiap pegawai dalam merencanakan,
mengorganisasi, membuat, mengevaluasidan mengembangkan barang/jasa sebagaimana
tuntutan pelanggan.
c. Struktur Pendukung
Manajer puncak akan memerlukan dukungan untuk
melakukan perubahan yang dianggap perlu dalam melaksanakan strategi pencapaian
mutu.
d. Komunikasi
Komunikasi dalam suatu organissai yang
berorientasimutu perlu ditempuh dengan cara yang bervariasi agar pesan yang
dikomunikasikan dapat tersampaikan secara efektif dan manajer puncak dapat
berkomunikasi kepada seluruh pegawai mengenai komitmen untuk melakukan
perubahan dalam usaha peningkatan mutu.
e. Ganjaran dan pengakuan
Tim dan atau indifidu-individu yang berhasil
menerakan prinsip –prinsip mutu harus diakui dan diberi ganjaran sebagaimana
kemampuan organisasi. Faktor penting lainya yang tidak boleh ditinggalkanadalah
pengakuan terhadap berbagai potensi guru atau pegawai untuk diaktualisasikan
melalui pembinaan dan penyediaan iklim yang kondusif, sertamelakukan pekerjaan
secara kreatif.
Menurut Synder dkk, pemberdayaan berarti memberikan
pegawai suatu pekerjaan untuk dilakukan dan kebebasan bagi merekauntuk
melakukannya secarakreatif Itu berarti membiarkan pagawai untuk mencoba ide-ide
baru, meskipun ide tersebut belum pernah dipertimbangkan atau sebelumnya
ditolak. Kepala sekolah harus berani mengambil resiko besar menyediakan iklim organisasi kepada guru.
Dalam konteks manajemen mutu terpadu pendidikan islam,
pemberdayaan guru termasuk pegawai, salah satunya melalui pembgaian tanggung
jawab. Di sini jelas bahwa keberadaan guru
sebagai staf dalam proses pembelajaran dan pengajaran di lembaga
pendidikan menjadi salah satu pilar kepemimpinan pendidikan. Pencapaian tujuan
mutu akan dapat diwujudkan jikamenggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Pertama, memfokuskan pada pengguna/
pelanggan (costumer focus); kedua, peningkatan kualitas pada proses (process
improvement); ketiga, melibatkan semua komponen pendidikan (total involvement).
C. Kelompok Kerja Untuk
Meraih Mutu
Tim kerja sama modal utama untu meraih mutu. Mereka
perlu saling mendorong atau melakukan sinergi dari semua personal yang bekerja
bekerja sama dalam bidang akademik dan bidang pendukung lainnya,seperti Tim
pengajar. Berkaitan dengan pentingnya tim dalam penerapan manajemen mutu
terpadu untuk mengejar mutu pendidikan, maka beberapa langkah yang harus
dilalui dalma membentuk tim kerja perbaikan mutu adalah sebagai berikut:
Fase pertama:
Pembentukan tim (forming)
Pada fase ini adalah membentuk tim yang
merupakan sekumpulan orang dengan
persepsi sendiri-sendiri terhadap tim.
Fase kedua: Penggugahan
(storming)
Pada fase ini, anggota tim menganalisis tugas
yangdimandatkan kepada tim secara lebih terarah dengan memperhatikan situasi
lingkungan yang ada dengan memahami spektrum tugas ini.
Fase ketiga: Penetapan norma
atau tata kerja (norming)
Penetapan aturan kerja tim yang dilakukan agar dapat
diketahui dan dihormati oleh anggota tim merupakan langkah lanjutan.
Fase keempat:Melakukan
kegiatan (performing)
Pada tahap ini tim mulai melakukan pekerjaan Salah
satu aplikasi tim kerja sama adalah dibentuknya gugus kendali mutu (quality
circles). Adapun gugus kendali mutu adalah sekelompok kecil yang didasarkan
atas kepercayaan bersama, sukarela melaksanakan pengawasan mutu di tempat
kerja, serta menggunakan metode dan teknik perbaikan produk dan proses dalam
suasana kerja yang kondusif.
D. Alat dan Teknik
Perbaikan Mutu
Para pendidik seharusnya mempelajari bagaimana
menggunakan dan mengoptimalkan strategi dasar agar dapat berhasil melakukan
perbaikan mutu lulusan dan pelayanan di sekolah. Alat-alat dan teknik mutu
berarti mengenali penyelesaian masalah secara kreatif. Salah satu kekuatan dari
manajemen mutu terpadu adalah menyediakan peluang bagi penggunaan alat-alat dalam penerapannya sesuai konsep dan
dengan penggunaan yang teratur. Beberapa alat yang dapat digunakan dalam
perbaikanmutu pendidikan menurut Edward Sallis adalah:
1) Gugah
Pikiran (Brain storming)
2) Jaringan
Kerja Kemiripan (Affinity Network)
3) Diagram
Tulang Ikan (Fishbone Diagram or Ishikawa)
4) Analisis
Keadaan Lapangan (Force-Field Analysis)
5) Pendiagraman
(Process Charting)
6) Diagram
Arus ( Flouwcharts)
7) Analisis
Pareto (Pareto Analysis)
8) Pengukuran
Kinerja (Benchmarking)
9) Pemetaan
Arah (Career Path-Mapping)
E. Strategi
Implementasi Manajemen Mutu Pendidikan Melalui MPMBS
MPMBS adalah sebuah singkatan dari Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, yaitu sebagai model desentralisasi dalam
bidang pendidikan, khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah diyakini
sebagai model yang akan mempermudah pencapaian tujuan pendidikan.
Dalam konteks penyelenggaraan persekolahan saat ini
konsep MPMBS dijadikan sebagai suatu kebijakan
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Umaedi (1999:2-3) mengungkapkan bahwa ada
dua hal yang menjadi landasan mengapa peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
harus dilakukan dengan menggunakan pendekatan MPMBS, yaitu: “Pertama strategi
pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang
demikian lebih bersandar pada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan
telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar
lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan
lainnya, maka secara otomatis lemabaga pendidikan (sekolah) akan dapat
menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan.
Ternyata strategi input output yang diperkenalkan oleh teori “education
production function. Tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah)
melainkan hanya terjadi dalam situasi
ekonomi dan industri. Kedua pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat
macro –oriented, diatur oleh jajaran birokrasi ditingkat pusat. Akibatnya
banyak faktor yang diproyeksikan ditingkat makro (pusat) tidak terjadi atau
tidak berjalan sebagaimana mestinya ditingkat mikro (sekolah) kompleksitasnya
cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh
dan akurat oleh birokrasi pusat”.
Lebih lanjut, Umaedi mengungkapkan bahwa konsep
MPMBS ini berasal dari pengembangan konsep yang menawarkan kerjasama yang erat antara tiga pihak yang terkait
dengan penyelenggaraan persekolahan, yaitu sekolah masyarakat dan pemerintah
dengan tanggung jawabnya masing-masing. MPMBS ini berkembang didasarkan kepada
suatu keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara
aktif dandinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui
pengelolaansumber daya sekolah yang ada. Apabila ditelusuri secara historis,
MPMBS ini berasal dari pengembangan konsep effective school yang intinya adalah
melakukan perbaikan proses pendidikan (PMB) di sekolah. Orientasi manajemen
dalam MPMBS dapat ditelusuri pada indikator:
1.
lingkungan sekolah yang
aman dan tertib
2.
sekolah memiliki misi
dan target mutu yang ingin dicapai
3.
sekolah memiliki kepemimpinan
yang kuat
4.
adanya harapan yang
tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainya termasuk
siswa yang berprestasi
5.
adanya pengembangan
staf sekolah yang terus menerus sesuaituntutan IPTEK
6.
adanya pelaksanaan
evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif,
dan pemanfaatn hasilnyauntuk penyempurnaan/perbaikan mutu
7.
adanya komunikasi dan
dukungan intensif dari orangtua, murid atau masyarakat.
Untuk
menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan menurut Joseph C. Field
yaitu,
1. Mempelajari
dan memahami manajemen mutu terpadu secara menyeluruh.
2. Memahami
dan mengadopsi jiwa dan filosofi untuk perbaikan terus menerus.
3. Menilai
jaminan mutu saat ini dan program pengendalian mutu.
4. Membangun
sistem mutu terpadu.
5. Mempersiapkan
orang-orang untuk perubahan.
6. Mempelajari
teknik untuk menyerang atau mengatasi akar persoalan.
7. Memilih
dan menetapkan pilot project untuk diaplikasikan.
8. Tetapkan
prosedur tindakan perbaikan dan sadari akan keberhasilannya.
9. Menciptakan
komitmen dan strategi yang benar mutu terpadu oleh pemimpin yang akan
menggunakannya.
10. Memelihara
jiwa mutu terpadu dalam penyelidikan danaplikasi pengetahuan yang amat luas.
BAB III
PENUTUP
1. Dalam Manajemen mutu terpadu harus memiliki
pimpinan yang efektif dalam menjalankan manajemen untuk mengelola perubahan
yang ada dan berkelanjutan. Tantangan bagi seorang manajer pendidikan yaitu
kepala sekolah/ madrasah, pimpinan pesantren, rektor, atau direktur adalah
bagaimana menjadi pendorong atau pelopor perubahan lembaga pendidikan yang
dipimpinnya.
2. Faktor penting lain dalam manajemen mutu
terpaduyang tidak boleh ditinggalkan adalah pengakuan terhadap berbagai potensi
guru atau pegawai untuk diaktualisasikan melalui pembinaan dan penyediaan iklim
yang kondusif, serta melakukan pekerjaan secara kreatif dengan membiarkan
pagawai untuk mencoba ide-ide baru, meskipun ide tersebut belum pernah
dipertimbangkan atau sebelumnya ditolak.
3. Tim kerja sama modal utama untu meraih mutu.
Mereka perlu saling mendorong atau melakukan sinergi dari semua personal yang
bekerja bekerja sama dalam bidang akademik dan bidang pendukung lainnya,
seperti Tim pengajar dll.
4. Para pendidik seharusnya mempelajari
bagaimana menggunakan dan mengoptimalkan strategi dasar agar dapat berhasil
melakukan perbaikan mutu lulusan dan pelayanan di sekolah. Alat-alat dan teknik
mutu berarti mengenali penyelesaian masalah secara kreatif. Salah satu kekuatan
dari manajemen mutu terpadu adalah menyediakan peluang bagi penggunaan
alat-alat dalam penerapannya sesuaikonsep dan dengan penggunaan yang teratur.
5. MPMBS adalah sebuah singkatan dari Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, yaitu sebagai model desentralisasi dalam
bidang pendidikan, khususnya untuk pendidikan dasar dan menengah diyakini
sebagai model yang akan mempermudah pencapaian tujuan pendidikan. Dalam konteks
penyelenggaraan persekolahan saat ini konsep MPMBS dijadikan sebagai suatu
kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Marno
dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam,Bandung, Refika
Aditama, ,2008 .
2. Mujamil
Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, Erlangga, tt.
3. Tim
dosen administrasi Pendidikan Universitas pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, Alfabeta, 2009.
4. Syafarudin,
Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Grasindo, Jakarta, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar