BAB I
PENDAHULUAN
Mengajar adalah
satu pekerjaan profesional yang menuntut kemampuan yang kompleks untuk dapat
melakukannya. Sebagaimana halnya pekerjaan profesional yang lain, pekerjaan
seorang guru menuntut keahlian tersendiri sehingga tidak setiap orang mampu
melakukan pekerjaan tersebut sebagaimana mestinya. Ada seperangkat kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang guru. Perangkat kemampuan tersebut disebut
kompetensi guru. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan, seorang guru dituntut untuk menguasai kompetensi
pedagogis, profesional, kepribadian, dan sosial.
Kompetensi
pedagogis berkenaan dengan kemampuan mengelola pembelajaran dalam rangka
mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dmiliki peserta didik. Salah satu
kemampuan yang dituntut dari kompetensi ini adalah kemampuan melaksanakan
pembelajaran yang mendidik. Agar dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik
dengan baik, di samping menguasai berbagai kemampuan, guru dipersyaratkan untuk
menguasai keterampilan dasar mengajar, yang merupakan salah satu aspek penting
dalam kompetensi guru.
Keterampilan
dasar mengajar merupakan satu keterampilan yang menuntut latihan yang
terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini
memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif.
Keterampilan dasar mengajar bersifat generik, yang berarti bahwa keterampilan
ini perlu dikuasi oleh semua guru, baik guru TK, SD, SMP, SMA maupun dosen di
perguruan tinggi. Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar
mengajar secara utuh dan terintegrasi, guru diharapkan mampu meningkatkan
kualitas proses pembelajaran.
Keterampilan
mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang
guru yang profesional, jadi di samping harus menguasai substansi bidang
studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan
keterampilan penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Menurut hasil
penelitian (Turney, 1979), terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang dianggap
berperan penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Keterampilan yang
dimaksud adalah keterampilan:
1.
Bertanya
2.
Memberi penguatan
3.
Mengadakan variasi
4.
Menjelaskan
5.
Membuka dan menutup pelajaran
6.
Membimbing diskusi kelompok kecil
7.
Mengelola kelas
8.
Mengajar kelompok kecil dan perorangan
Kedelapan
keterampilan dasar mengajar ini akan dibagi dalam 2 artikel, yaitu dalam
artikel kelima dan artikel keenam. Artikel pertama yaitu membahas tentang
“Metode Pembelajaran Di SD”. Artikel kedua membahas tentang “Strategi Pembelajaran”.
Artikel ketiga membahas tentang “PAKEM”. Artikel keempat membahas tentang
“RPP”. Artikel kelima membahas tentang “Keterampilan Dasar Mengajar I” yang
mencakup keterampilan dasar mengajar dari nomor 1 sampai nomor 4. Dan artikel
keenam membahas tentang “Keterampilan Dasar Mengajar II” yang mencakup
keterampilan dasar mengajar dari nomor 5 sampai nomor 8.
Sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai, artikel ini diorganisasikan ke dalam 4 kegiatan
belajar, yaitu:
1.
Keterampilan Bertanya
2.
Keterampilan Memberi Penguatan
3.
Keterampilan Mengadakan Variasi
4.
Keterampilan Menjelaskan
BAB II
PEMBAHASAN
A. KETERAMPILAN BERTANYA
Dalam
proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru tidaklah lepas dari
guru memberikan pertanyaan dan murid memberikan jawaban yang diajukan.
Pada kenyataannya
di lapangan ada banyak
guru yang tidak menguasai teknik-teknik dalam memberikan pertanyaan kepada
siswa sehingga banyak pertanyaan tersebut hanya bersifat knowledge saja artinya
kebanyakan hanya mengandalkan ingatan.
1. Alasan Perlunya Keterampilan Bertanya
Ada 4 alasan mengapa seorang guru
perlu menguasai keterampilan bertanya. Alasan itu antara lain:
Pertama, pada umumnya guru masih
cenderung mendominasi kelas dengan metode ceramahnya. Guru masih beranggapan
bahwa dia adalah sumber informasi, sedangkan siswa adalah penerima informasi.
Oleh karena itu, siswa bersikap pasif dan menerima, tanpa keinginan dan
keberanian untuk mempertanyakan hal-hal yang menimbulkan keraguannya. Dengan
dikuasainya keterampilan bertanya oleh guru, siswa dapat menjadi lebih aktif,
kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bervariasi dan siswa dapat berfungsi
sebagai sumber informasi.
Kedua, kebiasaan yang tumbuh dalam
masyarakat kita tidak membiasakan anak untuk bertanya sehingga keinginan anak
untuk bertanya selalu terpendam. Situasi seperti ini menular ke dalam kelas.
Kesempatan bertanya yang diberikan oleh guru tidak banyak dimanfaatkan oleh
siswa, sedangkan guru tidak berusaha untuk menggugah keinginan siswa untuk
bertanya.
Ketiga, penerapan pendekatan cara
belajar siswa aktif (CBSA) dalam kegiatan pembelajaran menuntut keterlibatan
siswa secara mental intelektual. Salah satu ciri dari pendekatan ini adalah
keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang memang perlu
dipertanyakan. Hal ini hanya mungkin terjadi jika guru sendiri menguasai
keterampilan bertanya yang mampu menggugah keinginan siswa untuk bertanya.
Keempat, adanya anggapan bahwa
pertanyaan yang diajkukan guru hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
2. Fungsi Pertanyaan
Turney (1979) mengindentifikasi 12
fungsi pertanyaan. Keduabelas fungsi tersebut antara lain:
1.
Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu
topik
2.
Memusatkan perhatian pada masalah tertentu
3.
Menggalakkan penerapan belajar aktif
4.
Merangsang siswa memberikan pertanyaan sendiri
5.
Menstrukturkan tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat
berlangsung secara maksimal
6.
Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
7.
Mengomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa
harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran
8.
Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan
pemahamannya tentang informasi yang diberikan
9.
Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat
mendorong mengembangkan proses berpikir
10. Mengembangkan
kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau pernyataan guru
11. Memberi
kesempatan untuk belajar berdiskusi
12. Membentu siswa
menyetakan perasaan dan pikiran yang murni
3. Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya
Pada dasarnya keterampilan bertanya
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu keterampilan bertanya dasar
dan keterampilan bertanya lanjut. Setiap jenis keterampilan bertanya tersebut
akan diuraikan lebih terperinci berikut
ini:
a) Keterampilan
Bertanya Dasar
Keterampilan bertanya dasar terdiri
atas 7 komponen. Ketujuh komponen-komponen itu ialah sebagai berikut:
1.
pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat. Hal ini
bertujuan agar pertanyaan yang diberikan guru mudah dipahami oleh siswa.
2.
pemberian acuan, acuan dapat diberikan pada awal
pertanyaan maupun sewaktu-waktu saat guru akan memberikan pertanyaan. Acuan
tersebut berupa informasi yang perlu diketahui siswa. Hal ini bertujuan sebagai
pedoman bagi siswa dalam menjawab
pertanyaan.
3.
pemusatan, yaitu memfokuskan perhatian siswa agar terpusat pada
inti masalah tertentu sesuai dengan pertanyaan.
4.
pemindahan giliran, siswa pertama memberikan jawaban,
kemudian guru meminta siswa kedua melengkapi jawaban siswa pertama, lalu siswa
ketiga dan seterusnya. Hal ini dapat mendorong siswa untuk selalu memperhatikan
jawaban yang diberikan temannya serta meningkatkan interaksi antarsiswa.
5.
penyebaran, berarti menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan guru. Guru menunjukkan pertanyaan kepada seluruh siswa kemudian
menyebarkan pertanyaan secara acak sehingga semua siswa siap untuk mendapat
giliran.
6.
pemberian waktu berpikir, guru mengajukan pertanyaan kemudian
menunggu beberapa saat untuk siswa berpikir bar kemudian meminta atau menunjuk
siswa untuk menjawab pertanyaan.
7.
pemberian tuntunan, agar siswa yang tidak bisa menjawab
atau siswa yang bisa menjawab namun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
setelah memperoleh tuntunan dari guru siswa tersebut akan mampu memberikan
jawaban yang diharapkan.
b) Keterampilan
Bertanya Lanjut
Sesuai dengan namanya, penguasaan
atas keterampilan bertanya lanjut dibentuk berdasarkan penguasaan keterampilan
bertanya dasar. Ini berarti bahwa ketika menerapkan keterampilan bertanya
lanjut, guru juga menerapkan atau menggunakan keterampilan bertanya dasar.
Komponen keterampilan bertanya lanjut terdiri dari:
1.
pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan, guru
diharapkan memberikan pertanyaan yang bersifat pemahaman, aplikasi (penerapan),
alalisis dan sintesis, evaluasi, dan kreasi. Pertanyaan yang bersifat ingatan
hendaknya dibatasi sesuai dengan sifat materi dan karakteristik siswa.
2.
pengaturan urutan pertanyaan, agar kemampuan berpikir siswa dapat
berkembang secara baik dan wajar. Pertanyaan pada tingkat tertentu hendaknya
dimantapkan, kemudian beralih ke tingkat pertanyaan yang lebih tinggi. Hal itu
dikarenakan agar tidak membingungkan siswa dan tidak menghambat perkembangan
kemampuan berpikir siswa.
3.
penggunaan pertanyaan pelacak, hal ini bertujuan agar guru dapat
membimbing siswa untuk mengembangkan jawabannya.
4.
peningkatan terjadinya interaksi, merupakan
salah satu usaha untuk meningkatkan keterlibatan mental intelektual siswa
secara maksimal.
4. Prinsip Penggunaan Keterampilan Bertanya
Dalam menerapkan keterampilan
bertanya, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan atau hal-hal
yang mempengaruhi keefektifan pertanyaan sebagai berikut:
1) kehangatan
dan keantusiasan
Pertanyaan
hendaknya diajukan dengan penuh keantusiasan dan kehangatan karena hal ini akan
mempengaruhi kesungguhan siswa dalam menjawab pertanyaan.
2) menghindari
kebiasaan-kebiasaan berikut:
a.
mengulangi pertanyaan sendiri
Mengulangi
pertanyaan sendiri akan membuat siswa tidak memperhatikan pertanyaan pertama
sehingga menurunkan perhatian dan partisipasi siswa.
b.
mengulangi jawaban siswa
Mengulangi
jawaban siswa yang bertujuan untuk memberikan penguatan sangat baik dilakukan
oleh guru. Namun, jika guru terbiasa mengulangi jawaban siswa maka siswa lain
tidak akan mendengarkan jawaban temannya karena jawabannya akan diulangi oleh
guru.
c.
menjawab pertanyaan sendiri
Guru cenderung
menjawab sendiri pertanyaannya kalau siswa tidak ada yang memberikan jawaban.
Kebiasaan ini tidak baik karena dapat membuat siswa frustasi dan malas
berpikir.
d.
mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak
Sebagai satu
selingan, guru kadang-kadang mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban
serentak sehingga kelas menjadi hidup. Namun, kalau hal ini dibiasakan maka
akan menurunkan fungsi pertanyaan karena guru tidak tahu siapa yang menjawab
dan siswa malas berpikir karena guru tidak meminta jawaban perorangan. Untuk
menghindari kebiasaan ini, guru hendaknya menyusun pertanyaan secara baik
dengan tingkat kesukaran yang sesuai sehingga siswa tidak mungkin menjawabnya
secara serentak.
e.
mengajukan pertanyaan ganda
Pertanyaan yang
diberikan oleh guru secara ganda dapat menyebabkan siswa menjadi frustasi karena
banyaknya pertanyaan dan pertanyaan-pertanyaan itu dijadikan menjadi satu
pertanyaan.
Guru hendaknya
memecah pertanyaan menjadi beberapa pertanyaan sehingga siswa yang kurang mampu
berpikir dapat memikirkan jawaban dengan tenang dan tidak menjadi frustasi.
f.
menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan
Guru
kadang-kadang cenderung menunjuk siswa tertentu untuk menjawab pertanyaan yang
akan diajukannya. Hal ini sebaiknya dihindari karena dapat membuat siswa lain
tidak memperhatikan pertanyaan guru. Sebaiknya guru mengajukan pertanyakan ke
seluruh siswa, menunggu sejenak, kemudian baru menunjuk siswa tertentu untuk
menjawabnya.
3) memberikan
waktu berpikir
Pada pertanyaan tingkat lanjut,
waktu berpikir yang dberikan hendaknya lebih lama dari waktu berpikir yang
diberikan ketika menerapkan keterampilan bertanya dasar. Hal ini sangat perlu
diperhatikan karena siswa memerlukan waktu yang cukup untuk berpikir dan menyusun
jawabannya.
4) mempersiapkan
pertanyaan pokok yang akan diajukan
Pertanyaan-pertanyaan pokok yang
akan diajukan oleh guru hendaknya disiapkan secara cermat sehingga urutan
tingkat kesukaran pertanyaan dapat disusun lebih dahulu dan materi pelajaran dapat
dicakup secara tuntas.
5) menilai
pertanyaan yang telah diajukan
Pertanyaan-pertanyaan pokok
hendaknya dinilai oleh guru setelah pelajaran berlangsung sehingga ketepatan
jumlah pertanyaan, tingkat kesukaran, kualitas pertanyaan dalam mengembangkan kemampuan
berpikir, dan cakupan materinya dapat diketahui dengan jelas.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip
penggunaan keterampilan bertanya tersebut, diharap guru akan mampu
mengembangkan kemampuan berpikir siswa serta meningkatkan keterlibatan mental intelektual
siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya.
B. KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
1. Pengertian Dan Tujuan Memberi Penguatan
Penguatan
adalah respons yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan yang dianggap
baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya perilaku atau perbuatan
yang dianggap baik tersebut.
Dalam kegiatan pembelajaran,
penguatan mempunyai peran penting dalam meningkatkan keefektifan kegiatan
pembelajaran. Pujian atau respons positif guru terhadap perilaku perbuatan
siswa yang positif akan membuat siswa merasa senang karena dianggap mempunyai
kemampuan. Namun sayangnya, guru sangat jarang memuji perilaku atau perbuatan
siswa yang positif. Yang sering terjadi adalah guru menegur atau memberi
respons negatif terhadap perbuatan siswa yang negatif. Oleh karena itu, guru
perlu melatih diri sehingga terampil dan terbiasa memberikan penguatan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan
pembelajaran, tujuan memberi penguatan adalah untuk:
1.
meningkatkan perhatian siswa
2.
membangkitkan dan memelihara motivasi siswa
3.
memudahkan siswa belajar
4.
mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta
mendorong munculnya perilaku yang positif
5.
menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa
6.
memlihara iklim kelas yang kondusif
2. Komponen Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan pada dasarnya dapat
diberikan dalam dua jenis yaitu penguatan verbal dan penguatan nonverbal.
Komponen-komponen keterampilan memberikan penguatan yang harus dikuasai oleh
guru berkaitan dengan keterampilan menggunakan kedua jenis penguatan tersebut
ialah sebagai berikut:
a) Penguatan Verbal
penguatan verbal merupakan penguatan
yang paling mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yang dapat diberikan
dalam bentuk komentar, pujian, dukungan, pengakuan atau dorongan yang diharapkan
dapat meningkatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Komentar, pujian, dan
sebaganya tersebut dapat diberikan dalam bentuk kata-kata dan kalimat.
b) Penguatan Nonverbal
penguatan nonverbal dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain ialah sebagai berikut:
1. Mimik dan gerakan badan
Mimik dan
gerakan badan seperti senyuman, anggukan, tepukan tangan atau acungan ibu jari
dapat mengomunikasikan kepuasan guru terhadap respons siswa, yang tentu saja
merupakan penguatan yang sangat berarti bagi siswa.
2. Gerak mendekati
Gerak mendekati dapat ditunjukkan
guru dengan cara melangkah mendekati siswa, berdiri di samping siswa atau
kelompok siswa, bahkan dalam situasi tertentu duduk bersama siswa atau kelompok
siswa. Tujuan gerak mendekati adalah memberikan perhatian, menunjukkan rasa
senang akan pekerjaan siswa, bahkan juga memberi rasa aman kepada siswa.
3. sentuhan
Sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu
atau pundak siswa, menjabat tangan siswa atau mengangkat tangan siswa yang
menang jika dilakukan dengan tepat dapat merupakan penguatan yang efektif bagi
siswa.
4. kegiatan yang menyenangkan
Pada dasarnya siswa akan menjadi
senang jika diberikan kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang menjadi
kegemarannya atau sesuatu yang memungkinkan dia berprestasi. Oleh karena itu,
kegiatan yang disenangi siswa dapat digunakan sebagai penguatan.
5. pemberian simbol atau benda
Dalam situasi tertentu, penguatan
dapat pula diberikan dalam bentuk simbol atau benda tertentu. Simbol dapat
berupa tanda cek (V), komentar tertulis pada buku siswa, berbagai tanda dengan
warna tertentu. Sementara itu, benda yang digunakan sebagai penguatan adalah
benda-benda kecil yang harganya tidak terlalu mahal, tetapi berarti bagi siswa.
Misalnya, kartu bergambar, pensil atau buku tulis, pin atau benda-benda kecil
lainnya.
c) Penguatan Tak Penuh
Selain kedua jenis penguatan di
atas, ada satu cara pemberian penguatan yang disebut dengan penguatan tak
penuh. Sesuai dengan namanya, penguatan tak penuh diberikan untuk jawaban atau
respons siswa yang hanya sebagian benar, sedangkan bagian lainnya masih perlu
diperbaiki. Untuk itu guru berkata: “Bagian pertama dari jawaban Anda sudah
benar, tetapi alasan yang Anda berikan belum mantap”. Kemudian guru meminta
siswa lain untuk memperbaiki jawaban yang masih perlu diperbaiki tersebut.
Dengan cara seperti itu, siswa akan memahami kualitas jawabannya sehingga
penguatan yang diberikan guru benar-benar bermakna.
3. Prinsip Penggunaan Keterampilan Memberi Penguatan
Agar penguatan yang diberikan guru
dapat berfungsi secara efektif, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
pemberian penguatan sebagai berikut:
1) kehangatan
dan keantusiasan
Penguatan yang diberikan guru haruslah
disertai dengan kehangatan dan keantusiasan. Kehangatan dan keantusiasan dapat
ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya dengan muka/wajah berseri disertai
senyuman, suara yang riang penuh dengan perhatian atau sikap yang memberi kesan
bahwa penguatan yang diberikan memang sungguh-sungguh. Sebaliknya, penguatan
yang diberikan dengan suara lesu, sikap acuh tak acuh, wajah yang murung, tidak
akan ada dampak positif bagi siswa, bahkan hanya akan menimbulkan kesan negatif
bagi siswa.
2) kebermaknaan
Penguatan yang diberikan guru
haruslah bermakna bagi siswa. Artinya, siswa memang merasa terdorong untuk
meningkatkan penampilannya.
3) menghindari
penggunaan respons negatif
Respons negatif seperti kata-kata
kasar, cercaan, hinaa, hukuman atau ejekan dari guru merupakan senjata ampuh
yang dapat menghancurkan iklim kelas yang kondusif dan kepribadian siswa
sendiri. Oleh karena itu, guru hendaknya menghindari segala jenis respons
negatif tersebut.
Di samping ketiga prinsip di atas, dalam
meberikan penguatan, guru hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) sasaran penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan
oleh guru harus jelas. Misalnya memberikan penguatan kepada siswa tertentu,
“Maron, karanganmu bagus sekali”.
Contoh penguatan kepada kelompok siswa
ataupun kepada seluruh siswa secara utuh, “Wah, Ibu bangga benar dengan
kedisiplinan kelas 2 ini”.
Dengan demikian, setiap penguatan
yang diberikan oleh guru harus jelas sasarannya, apakah dituju kepada pribadi
tertentu, kepada kelompok kecil siswa atau kepada seluruh siswa.
2) penguatan harus diberikan dengan segera
Agar dampak positif yang diharapkan
tidak menurun bahkan hilang penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa
menunjukkan respons yang diharapkan. Dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu
antara respons yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan.
3) variasi dalam penggunaan
Pemberian penguatan haruslah
dilakukan dengan variasi yang kaya sehingga dampaknya cukup tinggi bagi siswa
yang menerimanya. Penguatan verbal dengan kata-kata yang sama dan terus-menerus
akan kehilangan makna hingga tidak berarti apa-apa bagi siswa. Demikian juga
penguatan nonverbal yang dilakukan secara terus-menerus akan membosankan dan
tidak berdampak apa-apa, bahkan mungkin akan menimbulkan respons negatif,
misalnya menjadi bahan tertawaan. Oleh karena itu, guru hendaknya berusaha
mencari variasi baru dalam memberi penguatan
C. KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
1. Pengertian Dan Tujuan
Variasi adalah keanekaan yang
membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau
perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/dibuat untuk memberikan kesan yang
unik. Tanpa variasi hidup ini akan menjadi membosankan.
Variasi dalam kegiatan pembelajaran
bertujuan antara lain untuk hal-hal sebagai berikut:
a)
menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar
b)
meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu
c)
mengembangkan keinginan siswa untuk mengetahui dan
menyelidiki hal-hal baru
d)
melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam
e)
meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
2. Komponen-Komponen Keterampilan Mengadakan Variasi
Pada dasarnya
variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok,
yakni:
a.
Variasi dalam gaya mengajar
b.
Variasi dalam pola interaki
c.
Variasi dalam penggunaan alat bantu pembelajaran
1. Variasi dalam gaya mengajar
Hal-hal yang berkaitan dengan gaya
mengajar yang dapat divariasikan oleh seorang guru ialah sebagai berikut:
a)
Variasi suara, suara guru dapat dikatakan merupakan faktor
yang sangat penting di dalam kelas karena sebagian besar kegiatan kelas akan
bersumber dari hal-hal yang disampaikan guru secara lisan.
b)
Pemusatan perhatian, yaitu dengan mengucapkan kata-kata
tertentu secara khusus disertai isyarat atau gerakan seperlunya. Misalnya, guru
mengucapkan, “Jangan lupakan ini!”, sambil menggarisbawahi kata-kata yang
dimaksud.
c)
Kesenyapan, yaitu diam sejenak sambil memandang kepada
siswa-siswa yang sedang sibuk sendiri.
d)
Mengadakan kontak pandang, merupakan salah satu senjata
ampuh bagi guru dalam mengajar dengan tujuan mengecek pemahaman siswa atau
memberi perhatian khusus, mencerminkan keakraban hubungan antara guru dan siswa
dalam belajar mengajar.
e)
Gerakan badan dan mimik, merupakan alat komunikasi yang
efektif yang dapat mengkomunikasikan pesan secara lebih efektif dibandingkan
dengan ucapan yang bertele-tele.
f)
Perubahan dalam posisi guru, harus dilakukan dengan niat
tertentu serta terkesan wajar dan tidak dibuat-buat.
2. Variasi
dalam pola interaksi
Dilihat dari pengorganisasian siswa,
pola interaksi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu pola interaksi klasikal,
kelompok, dan perorangan. Berikut ini contoh variasi pola interaksi antara lan:
a) kegiatan
klasikal
1.
Mendengarkan informasi dan tanya jawab secara
klasikal/diskusi klasikal
2.
Demonstrasi oleh guru atau siswa tentang satu
keterampilan atau percobaan
3.
Menyaksikan tayangan film, video atau permainan peran
yang kemudian diikuti oleh diskusi atau tugas-tugas lain
b) kegiatan
kelompok
1.
Mendiskusikan pemecahan suatu masalah
2.
Menyelesaikan suatu proyek. Misalnya laporan tentang
suatu kegiatan
3.
Melakukan suatu percobaan/observasi
4.
Melakukan latihan suatu keterampilan
c) kegiatan
berpasangan
1.
Merundingkan jawaban pertanyaan yang diajukan secara
klasikal
2.
Latihan menggunakan alat tertentu
d) kegiatan
perorangan
1.
Membaca atau menelaah suatu materi
2.
Mengerjakan tugas-tugas individual
3.
Melakukan observasi
4.
Melakukan percobaan
5.
Memikirkan penyelesaian suatu masalah
3. Variasi
penggunaan alat bantu pembelajaran
Alat dan media pembelajaran merupakan
suatu faktor yang penting dalam proses kegiatan pembelajaran. Alat bantu
pelajaran dapat divariasikan sesua dengan fungsinya serta variasi kesensitifan
indera para siswa. Sebagaimana diketahui ada siswa yang lebih mudah belajar
dengan cara mendengarkan, melihat, meraba, mencium atau diberi kesempatan untuk
memanipulasi media/alat bantu yang digunakan. Sesuai dengan variasi tersebut
maka variasi penggunaan alat bantu pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1.
Variasi alat bantu pembelajaran yang dapat dilihat
Contohnya:
gambar-gambar, diagram, grafik, papan, buletin, slide presentasi, ukiran, peta,
globe dan semua alat yang dapat dilihat oleh manusia.
2.
Variasi alat bantu pembelajaran yang dapat didengar
Contohnya:
rekaman suara binatang, rekaman pidato, rekaman nyanyian, rekaman kuis atau
ujian listenning, radio, dll.
3.
Variasi alat bantu pembelajaran yang dapat diraba dan
dimanipulasi
Contohnya:
biji-bijian, binatang kecil yang hidup, patung, alat mainan, alat-alat
laboratorium, globe, dll.
3. Prinsip Penggunaan
Agar variasi dapat berfungsi secara
efektif, guru perlu memperhatikan prinsip penggunaan sebagai berikut:
a.
Variasi yang dibuat harus mengandung maksud tertentu
serta sesuai dengan tujuan yang ingin dcapai, karakteristik kemampuan siswa,
latar belakang sosial budaya, materi yang sedang disajikan, dan kemampuan guru
menciptakan variasi tersebut
b.
Variasi harus terjadi secara wajar, tidak berlebihan
sehingga tidak mengganggu terjadinya proses belajar
c.
Variasi harus berlangsung secara lancar dan berkesinambungan,
hingga tidak merusak suasana kelas dan tidak mengganggu jalannya kegiatan
belajar
d.
Komponen-komponen variasi yang memerlukan
pengorganisasian dan perencanaan yang baik perlu dirancang secara cermat dan
dicantumkan dalam rencana pembelajaran. Selain itu, perubahan komponen
keterampilan mengadakan variasi dapat dilakukan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung sesuai dengan balikan yang diterima guru dari siswa selama
pembelajaran berlangsung.
D. KETERAMPILAN MENJELASKAN
1. Pengertian Dan Tujuan
Menjelaskan
adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik
yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, antara sebab akibat, yang diketahui
dan yang belum diketahui.
Dari segi
etimologis, kata menjelaskan mengandung makna “membuat sesuatu menjadi jelas”.
Dalam kegiatan terkandung makna pengkajian makna secara sistematis sehingga
yang menerima penjelasan memiliki gambaran yang jelas tentang hubungan
informasi yang satu dengan informasi lainnya. Misal hubungan informasi baru
dengan lama, hubungan sebab akibat, hubungan antara teori dan praktik, atau
hubungan antara dalil-dalil dengan contoh.
Kegiatan
menjelaskan mempunyai beerapa tujuan. Tujuan-tujuan tersebut antara lain ialah:
a.
Membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, dalil,
dan sebagainya secara objektif dan bernalar.
b.
Membimbing siswa menjawab pertanyaan “mengapa” yang
muncul dalam proses pembelajaran.
c.
Meningkatkan keterlibatan siswa dalam memecahkan berbagai
masalah melalui cara berpikir yang lebih sistematis.
d.
Mendapatkan balikan dari siswa tentang tingkat
pemahamannya terhadap konsep yang dijelaskan dan untuk mengatasi salah
pengertian.
e.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses
penalaran dalam penyelesaian ketidakpastian.
Sementara itu,
penguasaan keterampilan menjelaskan akan memungkinkan guru untuk:
a.
Meningkatkan efektivitas pembicaraan di kelas sehingga
benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa.
b.
Memperkirakan tingkat pemahaman siswa terhadap penjelasan
yang diberikan.
c.
Membantu siswa menggali pengetahuan dari berbagai sumber.
d.
Mengatasi kekurangan berbagai sumber belajar.
e.
Menggunakan waktu secara efektif.
2. Komponen-Komponen Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan memberi penjelasan
dapat dikelompokkan menjad dua bagian besar, yaitu:
1. Keterampilan
merencanakan penjelasan
a.
Merencanakan isi pesan (materi) pembelajaran, merupakan
tahap awal dalam proses menjelaskan. Di dalamnya mencakup: (1) menganalisis
masalah yang akan dijelaskan secara keseluruhan termasuk unsur-unsur yang
terkait, (2) menetapkan jenis hubungan antara unsur-unsur yang berkaitan
tersebut, (3) menelaah hukum, rumus, prinsip atau generalisasi yang mungkin
dapat digunakan dalam menjelaskan masalah yang ditentukan.
b.
Menganalisis karakteristik penerimaan pesan, agar guru mampu
mengetahui apakah siswanya sudah paham tentang materi yang dijelaskan atau
masih belum paham.
2. Keterampilan
menyajikan penjelasan
a.
Kejelasan ucapan dalam berbicara, sangat menentukan
kualitas suatu penjelasan.
b.
Penggunaan contoh dan ilustrasi, agar penjelasan akan
lebih menarik dan mudah dipahami.
c.
Pemberian tekanan, agar siswa lebih menangkap inti
permasalahan yang djelaskan.
d.
Balikan, untuk memeriksa pemahaman siswa dengan cara
mengajukan pertanyaan atau ekspresi wajah siswa setelah mendengarkan penjelasan
guru.
3. Prinsip Penggunaan Keterampilan Menjelaskan
Dalam memberikan penjelasan, guru
perlu memperhatikan hal-hal seperti di bawah ini:
a.
Memperhatikan kaitan antara yang menjelaskan (guru)
dengan yang mendengarkan (siswa) dan bahan yang djelaskan (materi).
b.
Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, dan akhir
pelajaran, tergantung dari munculnya kebutuhan akan penjelasan.
c.
Penjelasan yang diberikan harus bermakna dan sesuai
dengan tujuan pelajaran.
d.
Penjelasan dapat disajikan sesuai dengan rencana guru
atau bila kebutuhan akan suatu penjelasan muncul dari siswa.
BAB III
PENUTUP
Guru perlu
menguasa keterampilan bertanya karena:
a.
Guru cenderung mendominasi kelas dengan ceramah.
b.
Siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan.
c.
Siswa harus dilibatkan secara mental intelektual secara
maksimal.
d.
Adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk
menguji pemahaman siswa.
Penguatan adalah respons yang dberikan ole guru terhadap
perilaku siswa yang baik, yang menyebabkan siswa tersebut terdorong untuk
mengulangi atau meningkat perilaku baik tersebut.
Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu menjadi
tidak monoton. Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan
kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar
yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa.
Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena
sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa
adalah berupa penjelasan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anitah, Sri.
2009. Strategi Pembelajaran di SD.
Jakarta: Universitas Terbuka. Hal: 7.1-7.61
bagus
BalasHapusAlhamdulillah. semoga bermanfaat..
HapusIzin share ya, Mbak May Satifa. Sangat bermanfaat untuk tambahan ilmu. Trima kasih.
BalasHapusboleh mas, silahkan. semoga bermanfaat untuk semua.
BalasHapus